Dampak Cuaca Ekstrim Puluhan Rumah di Bima Rusak, BNPB Berikan Dana untuk Perbaikan Rp14,4 Miliar
BIMA/NTB - Jumlah kerugian dampak dari cuaca ekstrem yang disertai angin kencang, yang mengakibatkan puluhan rumah warga rusak tersebut sebesar Rp1,6 miliar. Hal ini melalui catatan dari pihak BPBD Bima, NTB.
"Kerugian material dampak cuaca ekstrem itu sekitar Rp1,6 miliar," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bima, Muhammad Nurul Huda di Bima, Minggu 3 November 2024.
Sebelumnya, terjadi bencana alam hidrometeorologi hujan lebat disertai angin kencang yang melanda beberapa wilayah. Bencana tersebut terjadi pada Sabtu (01/11) siang, dan mengakibatkan sejumlah rumah warga dan bangunan lainnya rusak pada bagian atap.
Diperkirakan kerusakan ini diakibatkan angin kencang, "Serta beberapa pohon tumbang akibat angin kencang yang disertai hujan lebat," kata Nurul Huda.
Lanjutnya, adapun lokasi bencana alam yang terjadi seperti di Desa Belo Kecamatan Palibelo, 11 rumah warga rusak berat, termasuk Kampus STKIP Tamsis dengan perkiraan kerugian Rp270 juta.
"Kemudian Desa Bre sebanyak 6 rumah warga rusak dengan kerugian Rp160 juta dan di Desa Teke 1 rumah warga rusak dengan kerugian Rp30 juta," ujar Nurul Huda.
Kemudian, dampak bencana juga menimpa dua desa di Kecamatan Woha, di mana 6 rumah dan 58 gudang penyimpanan garam petani Desa Talabiu mengalami kerusakan dengan kerugian ditaksir Rp450 juta.
Di Desa Rabakodo 1 rumah warga, 1 gazebo Toko, tempat parkir Toko Biliyoner mengalami kerusakan dengan nilai kerugian Rp30 juta dan di Desa Risa dua rumah warga mengalami kerusakan dengan nilai kerugian Rp 60 juta.
Sementara di Desa Tonda Kecamatan Madapangga sebanyak 30 rumah mengalami kerusakan berat, 8 rusak ringan dengan kerugian Rp480 juta dan 4 rumah di Desa Mpuri mengalami kerusakan dengan nilai kerugian Rp120 juta.
"Total kerugian akibat angin kencang tersebut diperkirakan sebesar Rp1,6 miliar," sebut Nurul Huda. Ia lalu mengatakan, kebutuhan mendesak bagi warga atau para korban saat ini adalah terpal atau atap seng.
Sejumlah upaya yang telah dilakukan tim BPBD antara lain melakukan koordinasi dengan camat, Kapolsek, Koramil dan desa setempat terkait terdampak dan melakukan pengamatan.
Selain itu, pendataan dan kaji cepat serta penanganan darurat bencana terhadap daerah terdampak dan proses pendataan. Pihaknya juga melakukan koordinasi lebih lanjut dengan organisasi perangkat daerah terkait mengenai dampak dan penanganan.
"Masyarakat juga tetap waspada terhadap cuaca ekstrem dan beragam potensi bencana yang terjadi dan melapor langsung ke BPBD Kabupaten Bima," ujarnya.
Pemkab Bima Terima Dana Rehabilitasi Rp24,4 Miliar dari BNPB
Pemkab Bima, Provinsi NTB menerima Rp14,4 miliar dana rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bima, Drs. Isyrah melalui keterangan di Mataram, bahwa anggaran tersebut akan dialokasikan untuk rekonstruksi Jambatan Rade Kecamatan Madapangga.
Kemudian lanjut dia, Rekonstruksi Jambatan Leu Kecamatan Bolo dan Rehab Bendung dan saluran sekunder Mpungga Tambe Desa Tambe Bolo, Kecamatan Bolo.
Prasarana lainnya juga akan ditangani melalui anggaran tersebut diantaranya rehabilitasi Jambatan Campa, Rehabilitasi Bangunan Pengaman Irigasi Desa Tambe-Bolo.
Rehabilitasi Jambatan Woro dan Rehabilitasi bendung dan saluran irigasi, "Serta tanggul pengaman bangunan irigasi Rade Kecamatan Madapangga," ucap dia, Minggu 3 November 2024.
Sebelum direalisasikan pembangunan infrastruktur tersebut pada Jumat (8/11), BNPB akan melakukan rapat koordinasi pendampingan penyaluran hibah rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memastikan pengerjaan sarana dan prasarana yang harus sesuai ketentuan.
Kemudian dijelaskannya pada tahapan selanjutnya adalah penandatanganan surat penetapan pemberian hibah dan dilanjutkan dengan penandatangan nota persetujuan hibah daerah dulu, sebelum pelaksanaan proyek dimulai.
Kepada masyarakat, ia mengimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan pohon tumbang pada peralihan musim kemarau menuju musim hujan mendatang. (S/BPBD)