Dampak Kemarau Panjang di Indonesia, Ini Pesan BMKG!
Jakarta - Musim kemarau adalah periode yang sering ditandai dengan cuaca panas dan kering yang ekstrem. Selain meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, musim kemarau juga mengancam pasokan air bersih, pertanian, dan ekosistem alam.
Disebutkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bahwa sejumlah daerah di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat sudah mulai mengalami kekeringan ekstrem setelah nyaris tiga bulan tidak diguyur hujan.
Hal ini dikatakan Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan di Jakarta, Rabu, ada 18 kabupaten/kota dan puluhan kecamatan di tiga provinsi tersebut mengalami kekeringan akibat kurang hujan dengan kategori ekstrem.
Pada waktu lainnya, musim kemarau juga mulai melanda 45 persen zona musim Indonesia sampai dengan pertengahan Juli 2024, diantaranya di wilayah seluruh Indonesia.
Diantaranya, wilayah sebagian Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan sebagian Papua.
Dari dampak tersebut, pihak BMKG menilai semua pihak secara lintas sektor pada tingkat pusat maupun daerah harus mengambil langkah mitigasi dan penanggulangan secara saksama demi mengurangi dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat Indonesia.
Karena dampak dari kekeringan ekstrem, akan dapat berimplikasi terhadap potensi gagal panen atau perubahan periode tanam, semakin berkurang ketersediaan air bersih, hingga meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan di NTB, NTT, Jatim.
Oleh karena itu, BMKG berharap, upaya mitigasi dan penanggulangan perlu ditingkatkan khususnya pada sejumlah sektor tersebut setidaknya sampai dengan September yang diprakirakan menjadi akhir puncak musim kering tahun ini.
"Termasuk potensi gangguan kesehatan masyarakat salah satunya dari penyebaran penyakit demam berdarah juga perlu diperhatikan karena musim kering dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk," kata Ardhasena.
Sementara tim ahli klimatologi BMKG melaporkan sampai dengan Sabtu (20/7) setidaknya ada lima kabupaten dan kota di Provinsi NTT yang mengalami kekeringan ekstrem karena tidak diguyur hujan dalam waktu yang lama, sejak akhir Mei 2024.
Lanjutnya, sebanyak lima kabupaten dan kota di NTT itu, Kota Kupang (Kecamatan Kota Raja, Alak, Maulafa, Kota Lama, Oebobo, Kelapa Lima selama 92 hari tanpa hujan), Kabupaten Belu (Kecamatan Atambua Selatan selama 91 hari).
Lalu, wilayah Sumba Timur (Pandawai, Kahaungu Eti selama 89 hari tanpa hujan), Sabu Raijua (Sabu Barat, Hawu Mahera selama 76 hari), dan Kupang (Sulamu selama 64 hari).
Demikian, untuk Provinsi NTB tercatat ada tiga kabupaten dan kota meliputi Lombok Timur (Kecamatan Sambelia selama 88 hari tanpa hujan), Bima (Belo, Palibelo selama 85 hari), dan Dompu (Pajo selama 85 hari).
Kekeringan melanda 10 kabupaten dan kota di Provinsi Jatim meliputi Kota Probolinggo (Kecamatan Kademangan, Leces, Mayangan selama 90 hari), Probolinggo (Gending, Sumber, Sumberasi, Kraksaan, Pajarakan selama 90 hari), Jember (Gumuk Mas selama 87 hari), Kediri (Ngadiluwih, Kras selama 87 hari).
Kabupaten Pasuruan (Gondang Wetan, Pohjentrek selama 86 hari), Situbondo (Kapongan, Mangaran selama 86 hari), Banyuwangi (Pesawaran, Bajulmati, Alas Buluh selama 85 hari).
Blitar (Kanigoto, Wonodadi, Udanawu, Sanakulon, Serengat selama 85 hari), Mojokerto (Tromilulan selama 85 hari), dan Tulungagung (Kalidawir, Karang Rejo, Rejotangan selama 85 hari).
Dampak Negatif Kemarau
Sementara itu, kemarau yang panjang dapat berdampak pada beberapa sektor, diantaranya pertanian, lingkungan, dan berdampak pada kehidupan manusia.
Lalu, kekeringan yang disebabkan oleh kemarau panjang dapat menyebabkan gagal panen. Tanaman yang kekurangan air cenderung menghasilkan biji atau buah yang lebih kecil dan kurang bernutrisi.
Selain itu, kondisi stres akibat kekeringan membuat tanaman lebih mudah diserang hama dan penyakit, yang semakin menurunkan kualitas panen.
Dampak Positif Kemarau
Keuntungan musim kemarau dapat juga dimanfaatkan pada bidang pekerjaan umum. Perbaikan jalan rusak dan pengaspalan akan berjalan lancar pada saat kemarau.
Kemudian, daerah yang mungkin jalannya belum beraspal maka pada saat kemarau tentunya kondisi tanah akan lebih keras tanpa genangan dan lumpur. (S/Az)