Digadang Terbesar Kedua di Dunia, Pabrik Anoda Baterai Lithium Diresmikan Presiden Joko Widodo
Kendal - Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik bahan anoda baterai lithium PT Indonesia BTR New Energy Material pada 7 Agustus di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kabupaten Kendal.
Presiden juga mengapresiasi kecepatan pembangunan pabrik yang baru 10 bulan lalu ditandatangani perjanjiannya di Beijing. Ia pun meyakini mimpi Indonesia mewujudkan ekosistem kendaraan listrik semakin dekat.
Presiden mengakui pabrik bahan anoda baterai itu sebagian barangnya masih impor. Seperti grafit natural yang diimpor dari Afrika. Namun untuk grafit buatan (artificial graphite), dipasok dari kilang PT Pertamina (Persero) di Riau.
Kemudian, untuk bahan baku lithium yang diimpor dari Australia. Namun untuk bahan baku lain seperti kobalt, mangan, dan nikel, berasal dari Indonesia.
Dikatakannya, ia mengaku senang karena pembangunan pabrik memakan waktu cepat. Pabrik pun sudah mampu memproduksi 80 ribu ton material anoda per tahun. Sehingga diharapkan mampu menjadi produksi 3 juta mobil listrik per tahun.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Indonesia bisa mengalahkan China dalam produksi anoda baterai lithium yang menjadi negara terbesar di dunia.
"Kita akan bisa melewati China (soal produksi anoda baterai lithium) dalam beberapa waktu ke depan," kata Menko Marves.
Hal ini dikatakan Menteri Luhut dalam sambutannya pada sela peresmian pabrik anoda baterai lithium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dipantau secara daring pada Rabu di akun Youtube Sekretariat Presiden dari Jakarta.
Ia juga menyebutkan saat ini produksi anoda baterai oleh beberapa negara seperti Jepang hanya memiliki kapasitas sebesar 10 ribu ton per tahun. Kemudian, Korea Selatan 40 ribu ton per tahun.
Sementara produksi terbesar anoda baterai lithium di dunia saat ini berada di China dengan kapasitas 100 ribu ton. Jumlah produksi itu berbeda 20 ribu ton dengan kapasitas produksi PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal hanya akan sebesar 80 ribu ton.
Namun, Luhut optimistis bahwa Indonesia bisa mengalahkan China karena PT Indonesia BTR New Energy Material yang ada di Kendal, yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada hari ini, akan melanjutkan pembangunan fase kedua pada akhir tahun 2024.
Dengan pembangunan fase kedua yang bakal rampung pada Maret 2025 maka total produksi anoda baterai lithium di Indonesia akan mencapai 160 ribu ton per tahun. Artinya, angka itu akan melampaui dari produksi China yang saat ini hanya mencapai 100 ribu ton per tahun.
Meski begitu, sebelum memasuki pembangunan fase kedua, kata Menteri Luhut, Indonesia tentu masih akan berada di posisi kedua untuk produsen anoda baterai lithium setelah China.
Dia mengatakan pada awal kuartal IV tahun 2024, PT Indonesia BTR New Energy Material akan memulai membangun fase kedua hingga diproyeksikan bakal selesai pada 1 Maret 2025. Dengan begitu total produksi anoda baterai litium di tanah air menjadi 160 ribu ton.
"Sebagai pembanding Bapak Presiden saja, Jepang hanya memiliki kapasitas produksi anoda sebesar 10 ribu ton, dan Korea Selatan hanya 40 ribu ton, sementara itu pabrik terbesar di China saat ini kapasitasnya adalah 100 ribu ton. Jadi kita akan bisa melewati China dalam beberapa waktu ke depan," kata Menteri Luhut.
Kawasan Industri Kendal (KIK) mencatat pencapaian signifikan dengan mencapai 64% dari total target investasi tahun 2024, berkat tambahan investasi terbaru sebesar Rp7,8 triliun dari PT Indonesia BTR New Energy.
Peresmian PT BTR dihadiri oleh Presiden Joko Widodo beserta Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi dan Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, dan Bupati Kendal Dico Ganinduto. (S/Sekpres)