Indonesia Diperkirakan Dilanda Gempa Megathrust, BMKG: Tinggal Nunggu Waktu Saja
Jakarta - BMKG menyebut bahwa Indonesia berpotensi dilanda gempa berkekuatan besar atau megathrust.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa Megathrust bisa terjadi setelah melihat seismic gap di zona Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Pembahasan soal potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah ada sejak sebelum gempa dan tsunami Aceh pada 2004.
Kemudian ia juga memperkirakan, Megathrust Selat Sunda dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimal 8,7 magnitude dan Megathrust Mentawai-Siberut 8,9 magnitude.
Lantas, di mana saja wilayah yang berpotensi terdampak gempa megathrust atau berkekuatan besar tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatolgi, dan Geofisika (BMKG) selanjutnya menyebut Indonesia berpotensi dilanda gempa berkekuatan besar atau megathrust hanya tinggal menunggu waktu.
Gempa Megathrust bisa terjadi setelah melihat seismic gap di zona Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Diperkirakan, Megathrust Selat Sunda dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimal 8,7 magnitude dan Megathrust Mentawai-Siberut 8,9 magnitude.
Dikutip dilaman BMKG bahwa gempa di kedua segmen megathrust ini boleh diperkirakan tinggal menunggu waktu saja, karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.
Daryono mengungkapkan, meski potensi megathrust sudah terlihat, tetapi hingga saat ini belum bisa diketahui mana saja wilayah yang akan terdampak gempa.
Dikatakannya, belum ada teknologi yang secara akurat dan tepat mampu memprediksi terjadinya gempa, mulai dari di mana lokasinya, kapan, dan seberapa besar kekuatannya.
Dijelaskannya, gempa bumi Megathrust Selat Sunda dapat dirasakan di wilayah Jakarta dan sekitarnya, karena hanya berjarak sekitar 170 kilometer dari pusat megathrust.
Seperti Banten, Jawa Barat hingga Lampung juga berpotensi merasakan getaran gempa megathrust. Sedangkan, di Jawa bagian tengah dan timur, mungkin akan merasakan getaran gempa yang lebih kecil.
Daryono meluruskan, informasi potensi gempa megatrust yang ramai diberitakan saat ini bukanlah prediksi ataupun peringatan dini.
"Potensi itu memang ada, namun yang perlu kita perhatikan adalah langkah mitigasi apa yang bisa kita upayakan," pesan BMKG dikutip melalui Instagram resmi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Jumat (16/8/2024).
Sebelumnya, pada peristiwa gempa berkekuatan 7,1 magnitude di Jepang pada Kamis tanggal 8 Agustus 2024 lalu menjadi momen yang tepat untuk mengingat potensi gempa Megatrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Berdasarkan informasi, bahwa gempa yang melanda negara Jepang diketahui berpusat di Tunjaman Nankai.
Menurut catatan sejarah, gempa besar di zona tersebut terakhir terjadi pada 1946, sedangkan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797.
Sementara, gempa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga kini belum terjadi.
Daryono menegaskan sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa dari segi, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya.
Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar.
Sementara itu, saat ini BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa sembari memantau informasi gempa bumi dan tsunami yang dikeluarkan BMKG. (Ss/BMKG)