Penggunaan Energi Hijau, Menteri ESDM: Saat Ini Program Biodiesel Masih Tahap Kajian

Penggunaan Energi Hijau, Menteri ESDM: Saat Ini Program Biodiesel Masih Tahap Kajian

Smallest Font
Largest Font

JAKARTA - Program biodiesel B50 masih dalam tahap kajian oleh tim untuk mengurangi impor energi sekaligus mendorong penggunaan energi hijau di Indonesia kedepan. Hal ini dikatakan Bahlil Lahadalia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, SE., MSi menyebutkan didalam keterangannya bahwa saat ini Indonesia telah menyelesaikan implementasi biodiesel B35 dan B40. Dijelaskannya, terkait dengan peralihan daripada pengurangan impor, sekarang B35, B40 udah mau hampir selesai,

"Dalam berbagai kajian, yang masih dikaji sekarang ya, masih dikaji oleh tim, pikiran Pak Prabowo, ada kemungkinan kalau itu dimungkinkan untuk menjadi B50," kata Bahlil dalam keterangannya pada hari Senin (7/10/24).

Sehingga menurut Bahlil, hal ini adalah merupakan langkah awal dalam transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Bahkan dikatakan Bahlil, pada kajian B50 dilakukan sebagai upaya lanjutan untuk mencapai pengurangan impor energi secara signifikan dan mendukung transisi menuju energi hijau di masa depan.

"Tren global saat ini mengarah pada peralihan dari energi fosil, seperti batubara, menuju energi baru terbarukan, seiring dengan meningkatnya kesadaran terhadap green energy," jelas Bahlil Lahadalia.

Selanjutnya ia juga menekankan bahwa transisi menuju energi baru terbarukan menghadapi tantangan besar, termasuk kebutuhan investasi kapital yang cukup besar di sektor energi hijau ini.

"Di aspek yang lain kita tahu bahwa hampir semua dunia orang berbicara tentang green energy, terjadi peralihan dari fosil batubara kepada energi baru terbarukan. Ini tantangan baru bagi kita, di saat bersamaan dibutuhkan cost investasi kapital yang tidak sedikit," tutur Bahlil.

Sehingga meskipun demikian, Bahlil menilai bahwa pemerintah optimis dengan perencanaan yang terukur, Indonesia mampu menghadapi tantangan tersebut, terutama dalam kaitannya dengan target net zero emission pada tahun 2060.

"Nah ini adalah sebuah tantangan untuk kita, tapi bagi kita sekarang adalah kalau kita bicara tentang net zero emission tahun 2060, saya pikir kita masih punya cukup waktu untuk melakukan langkah langkah yang terukur," ujarnya.

Meskipun demikian, bahwa tantangan dalam hal investasi dan teknologi cukup besar, Indonesia masih memiliki waktu untuk mempersiapkan diri menuju pencapaian target emisi nol bersih pada tahun 2060.

Tambah Bahlil, saat ini pemerintah terus mengkaji berbagai kebijakan yang mendukung transisi energi ini, termasuk implementasi biodiesel B50 yang masih dalam tahap kajian.

Langkah ini sejalan dengan visi Prabowo untuk memperkuat kemandirian energi dan mempercepat transisi menuju energi terbarukan di Indonesia, "Ini tidak lebih karena apa? Kita akan mengurangi impor dan mendorong kepada green energy," imbuh Bahlil.

Selanjutnya, sebagai informasi sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, telah melaksanakan uji coba implementasi biodiesel B50 di Kalimantan Selatan, guna mewujudkan kemandirian energi nasional yang sejalan dengan visi Indonesia menuju keberlanjutan energi masa depan.

Pada uji coba bertajuk soft launching Biodiesel B50 tersebut dilaksanakan di Pabrik Biodiesel PT. Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada hari Minggu (18/8/24).

Ketika itu, menurut Mentan bahwa uji coba implementasi B50 mencatatkan sejarah kemandirian energi nasional yang menjadi mimpi besar Indonesia untuk 5-10 tahun ke depan. Ke depan, diyakini kebutuhan biodiesel berbasis kelapa sawit sangat besar, khususnya untuk konsumsi dalam negeri dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.

"Ini gagasan besar, bapak presiden sekarang dan bapak presiden terpilih, Indonesia menjadi lumbung pangan dan mandiri energi. Dua ini kekuatan bisa menggetarkan dunia," tutup Bahlil Lahadalia. (S/ESDM)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author